Ayo Meneladani
Sifat Rasulullah SAW !
Rasulullah SAW merupakan satu sosok figur
yang sangat mempesona, sopan dalam bertutur kata, jujur manakala ia bicara
sepanjang hayatnya, tidak pernah berdusta, serta luhur budi pekertinya. Rasulullah
SAW memiliki integritas kepribadian yang sangat luar biasa. Beliau mempunyai
perilaku dan akhlak yang sangat mulia terhadap sesama manusia, khususnya
terhadap umatnya tanpa membedakan atau memandang seseorang dari status sosial,
warna kulit, suku, bangsa atau golongan. Beliau selalu berbuat baik kepada
siapa saja bahkan kepada orang jahat atau orang yang tidak baik kepadanya.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Al Ahzab
21]
Rasulullah SAW memiliki
akhlak yang paling agung/akhlakul
kharimah dan sifat-sifat yang sangat mulia. Oleh
karena itu hendaklah kita mempelajari sifat-sifat Rasulullah SAW
seperti Shiddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Mudah-mudahan dengan
memahami sifat-sifat itu, kita bisa meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW sehingga
kita juga jadi orang yang mulia.
1. Shiddiq
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al
Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan kepadanya.” [An Najm 3-4]
Shiddiq artinya benar/jujur. Rasulullah
SAW bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar,
sejalan dengan ucapannya. Beda sekali dengan kebanyakan pemimpin sekarang yang
hanya kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya.
Rasulullah SAW selalu benar (jujur) dalam
ucapannya. Kebenaran ucapan ini dilakukan bukan hanya setelah beliau diangkat
jadi Rasul, namun jauh sebelum itu, semenjak masa kanak-kanak beliau tidak
pernah berbohong. Segala sesuatu yang diucapkan oleh beliau tidak pernah punya
tendensi pribadi atau didasari oleh interest pribadi atau emosi pribadi, tetapi
semua yang diucapkan oleh beliau didasari atas tuntunan wahyu dari Allah SWT.
Ayo kita teladani sifat shiddiq
Rasulullah SAW ini!.
2. Amanah
“Aku
menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat
yang terpercaya bagimu.” [Al A'raaf 68]
Amanah artinya benar-benar bisa
dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepada Rasulullah SAW, niscaya orang
percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itulah Rasulullah SAW dijuluki oleh penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang
artinya terpercaya.
Dalam satu
riwayat disampaikan, ketika Rasulullah SAW ditawari kerajaan, harta, wanita
oleh kaum Quraisy agar beliau meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama
Islam, beliau menjawab: ”Demi Allah…wahai paman, seandainya mereka
dapat meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku
meninggalkan tugas suciku, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah
memenangkan (Islam) atau aku hancur karenanya”. Meski kaum kafir Quraisy
mengancam membunuh Rasulullah SAW, namun beliau tidak gentar dan tetap
menjalankan amanah yang diterimanya.
Rasulullah SAW selalu menjaga amanah yang
diembannya. Tidak pernah menggunakan wewenang dan otoritasnya sebagai Rasul
atau sebagai pemimpin bangsa Arab untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan
keluarganya, namun yang dilakukan beliau semata untuk kepentingan Islam dan
ajaran Allah SWT. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa salah seorang sahabat
beliau yang bernama Abu Thalhah pernah memberikan sebidang tanah yang subur
kepada beliau tapi beliau tidak menggunakan tanah itu dengan seenaknya, tetapi
beliau mencari sanak saudara Abu Thalhah yang berkehidupan kurang layak dan
memberikan tanah itu untuk mereka, supaya taraf perekonomian mereka meningkat.
Ayo kita berusaha menjadi orang yang amanah!.
3.
Fathonah
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya” ['Al
Qiyaamah 17]
Fathonah artinya cerdas/pandai/intelek.
Dalam menyampaikan 6.236 ayat dan
323.670 huruf Al Qur’an tanpa ada yang salah
dan keliru satupun, kemudian menjelaskannya dalam
puluhan ribu hadis, membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Rasulullah SAW
mampu menjelaskan firman-firman Allah SWT tersebut kepada kaumnya, sehingga
mereka mau masuk ke dalam Islam secara kaffah. Rasulullah SAW juga mampu
berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW mampu mengatur umatnya
sehingga dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah-belah serta saling perang
antar suku, menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan dalam satu
negara yang besar, yang dalam 100 tahun melebihi luas Eropa. Itu semua
membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Kecerdasan
Rasulullah SAW tidak hanya intelektual semata tetapi juga cerdas dari segi
emosional dan spiritual.
Ayo kita berusaha menjadi orang yang
cerdas!.
4. Tabligh
“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya
rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang
(sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung
segala sesuatu satu persatu.” [Al Jin 28]
Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman
Allah yang ditujukan kepada umat manusia disampaikan oleh Rasulullah SAW, tidak
ada yang disembunyikan meski itu menyinggung beliau sendiri.
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan
berpaling,
karena telah datang seorang buta kepadanya” ['Abasa 1-2]
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa
firman Allah SWT tersebut turun sebagai
teguran kepada Rasulullah SAW berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta yang
datang kepada beliau sambil berkata: “Berilah petunjuk kepadaku ya Rasulullah.”
Pada waktu itu Rasulullah SAW. sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin
Quraisy, sehingga beliau berpaling daripadanya dan tetap menghadapi
pembesar-pembesar Quraisy. Ibnu Ummi Maktum berkata: “Apakah yang saya katakan
ini mengganggu tuan?” Rasulullah SAW menjawab: “Tidak.” (Diriwayatkan oleh
at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh
Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)
Sebetulnya apa yang dilakukan Rasulullah
SAW itu menurut standar umum adalah hal yang wajar. Saat sedang berbicara di
depan umum atau dengan seseorang, tentu kita tidak suka diinterupsi oleh orang
lain. Namun untuk standar Rasulullah SAW, itu tidak cukup. Oleh karena itulah
Allah menegurnya. Sebagai seorang yang tabligh, meski ayat itu menyindirnya, Rasulullah
SAW tetap menyampaikannya kepada umatnya, dan tidak mungkin Rasulullah SAW menyembunyikan
wahyu.
Rasulullah SAW selalu menyampaikan segala
sesuatu yang diwahyukan Allah SWT kepadanya meskipun terkadang ada ayat yang
substansinya menyindir beliau seperti yang tersurat dalam surat Abasa tersebut.
Beliaupun tidak merasa khawatir reputasinya akan rusak dengan sindiran Allah SWT
tersebut.
Ayo kita teladani sifat tabligh Rasulullah
SAW ini!.
Marilah keempat sifat Rasulullah SAW ini kita
implementasikan dalam kehidupan kita sebagai perwujudan cinta kita kepada
Rasulullah SAW dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Semoga kita menjadi
golongan orang yang mendapat predikat fidunya
hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina adzaban nar, amin.