Selasa, 23 Juli 2013

Ayo Meneladani Sifat Rasulullah SAW !


Ayo Meneladani Sifat Rasulullah SAW !
  

Rasulullah SAW merupakan satu sosok figur yang sangat mempesona, sopan dalam bertutur kata, jujur manakala ia bicara sepanjang hayatnya, tidak pernah berdusta, serta luhur budi pekertinya. Rasulullah SAW memiliki integritas kepribadian yang sangat luar biasa. Beliau mempunyai perilaku dan akhlak yang sangat mulia terhadap sesama manusia, khususnya terhadap umatnya tanpa membedakan atau memandang seseorang dari status sosial, warna kulit, suku, bangsa atau golongan. Beliau selalu berbuat baik kepada siapa saja bahkan kepada orang jahat atau orang yang tidak baik kepadanya.
 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Al Ahzab 21]

Rasulullah SAW memiliki akhlak yang paling agung/akhlakul kharimah dan sifat-sifat yang sangat mulia. Oleh karena itu hendaklah kita mempelajari sifat-sifat Rasulullah SAW seperti Shiddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Mudah-mudahan dengan memahami sifat-sifat itu, kita bisa meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW sehingga kita juga jadi orang yang mulia.

1. Shiddiq
     
                                                                
                                                           
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” [An Najm 3-4]

Shiddiq artinya benar/jujur. Rasulullah SAW bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar, sejalan dengan ucapannya. Beda sekali dengan kebanyakan pemimpin sekarang yang hanya kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya.

Rasulullah SAW selalu benar (jujur) dalam ucapannya. Kebenaran ucapan ini dilakukan bukan hanya setelah beliau diangkat jadi Rasul, namun jauh sebelum itu, semenjak masa kanak-kanak beliau tidak pernah berbohong. Segala sesuatu yang diucapkan oleh beliau tidak pernah punya tendensi pribadi atau didasari oleh interest pribadi atau emosi pribadi, tetapi semua yang diucapkan oleh beliau didasari atas tuntunan wahyu dari Allah SWT.
Ayo kita teladani sifat shiddiq Rasulullah SAW ini!.

2. Amanah

“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” [Al A'raaf 68]

Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepada Rasulullah SAW, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Rasulullah SAW dijuluki oleh penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya terpercaya.

Dalam satu riwayat disampaikan, ketika Rasulullah SAW ditawari kerajaan, harta, wanita oleh kaum Quraisy agar beliau meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama Islam, beliau menjawab: ”Demi Allah…wahai paman, seandainya mereka dapat meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku meninggalkan tugas suciku, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan (Islam) atau aku hancur karenanya”. Meski kaum kafir Quraisy mengancam membunuh Rasulullah SAW, namun beliau tidak gentar dan tetap menjalankan amanah yang diterimanya.

Rasulullah SAW selalu menjaga amanah yang diembannya. Tidak pernah menggunakan wewenang dan otoritasnya sebagai Rasul atau sebagai pemimpin bangsa Arab untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan keluarganya, namun yang dilakukan beliau semata untuk kepentingan Islam dan ajaran Allah SWT. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa salah seorang sahabat beliau yang bernama Abu Thalhah pernah memberikan sebidang tanah yang subur kepada beliau tapi beliau tidak menggunakan tanah itu dengan seenaknya, tetapi beliau mencari sanak saudara Abu Thalhah yang berkehidupan kurang layak dan memberikan tanah itu untuk mereka, supaya taraf perekonomian mereka meningkat.
Ayo kita berusaha menjadi orang yang amanah!.






3. Fathonah
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya” ['Al Qiyaamah 17]

Fathonah artinya cerdas/pandai/intelek. Dalam menyampaikan 6.236 ayat dan 323.670 huruf Al Qur’an tanpa ada yang salah dan keliru satupun, kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadis, membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Rasulullah SAW mampu menjelaskan firman-firman Allah SWT tersebut kepada kaumnya, sehingga mereka mau masuk ke dalam Islam secara kaffah. Rasulullah SAW juga mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya.

Rasulullah SAW mampu mengatur umatnya sehingga dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah-belah serta saling perang antar suku, menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan dalam satu negara yang besar, yang dalam 100 tahun melebihi luas Eropa. Itu semua membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Kecerdasan Rasulullah SAW tidak hanya intelektual semata tetapi juga cerdas dari segi emosional dan spiritual.

Ayo kita berusaha menjadi orang yang cerdas!.

4. Tabligh

 “Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” [Al Jin 28]

Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan kepada umat manusia disampaikan oleh Rasulullah SAW, tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung beliau sendiri.

                                             
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
karena telah datang seorang buta kepadanya” ['Abasa 1-2]

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah SWT tersebut turun  sebagai teguran kepada Rasulullah SAW berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta yang datang kepada beliau sambil berkata: “Berilah petunjuk kepadaku ya Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah SAW. sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga beliau berpaling daripadanya dan tetap menghadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ibnu Ummi Maktum berkata: “Apakah yang saya katakan ini mengganggu tuan?” Rasulullah SAW menjawab: “Tidak.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)

Sebetulnya apa yang dilakukan Rasulullah SAW itu menurut standar umum adalah hal yang wajar. Saat sedang berbicara di depan umum atau dengan seseorang, tentu kita tidak suka diinterupsi oleh orang lain. Namun untuk standar Rasulullah SAW, itu tidak cukup. Oleh karena itulah Allah menegurnya. Sebagai seorang yang tabligh, meski ayat itu menyindirnya, Rasulullah SAW tetap menyampaikannya kepada umatnya, dan tidak mungkin Rasulullah SAW menyembunyikan wahyu.

Rasulullah SAW selalu menyampaikan segala sesuatu yang diwahyukan Allah SWT kepadanya meskipun terkadang ada ayat yang substansinya menyindir beliau seperti yang tersurat dalam surat Abasa tersebut. Beliaupun tidak merasa khawatir reputasinya akan rusak dengan sindiran Allah SWT tersebut.
Ayo kita teladani sifat tabligh Rasulullah SAW ini!.


Marilah keempat sifat Rasulullah SAW ini kita implementasikan dalam kehidupan kita sebagai perwujudan cinta kita kepada Rasulullah SAW dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Semoga kita menjadi golongan orang yang mendapat predikat fidunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina adzaban nar, amin.